Posts

Showing posts from April, 2015

Perempuan (Tidak) Boleh Laundry

Image
Memangnya, binimu nanti itu mau kamu jadikan babumu? ;) Jadi kamu pengen punya bini cuma buat nyuciin bajumu?  Kalau kayak gitu, mending kamu kerja, cari duit yang banyak, terus sewa pembantu. :) via anak blog-anakkos.blospot.com “Wong wedok kok laundry ki lho! (Perempuan kok laundry!)” seru salah seorang temanku sembari mengeluarkan sebuah nota laundry dari dalam dompetku. Waktu itu – dia memang tengah usil sekaligus kurang kerjaan dengan membongkar pasang isi dompetku. Temuannya – berupa nota laundry, membuatnya menanggapi seperti itu. “Aku sik wong lanang we ngumbahi dewe, (Aku yang laki-laki saja mencuci baju sendiri),” ia menanggapi lagi. “Capek nyuci. Cucian lagi banyak. Mending sebagian dilaundry,” balasku sekenanya. “Wong wedok ki kudune ngumbahi dewe, Lam, (Perempuan harusnya mencuci sendiri, Lam)” “Lho, emang kenapa sih kalau perempuan laundry? Salah? Terus kenapa kalau laki-laki mencuci sendiri? Hebat?” “Nggak istriable, Lam!” seru teman laki-lakiku yang lain.

Sejenak Melupa

Alih-alih melawan lupa – sepertinya aku lena pada hal-hal yang sengaja maupun tidak sengaja terlupakan. Bagaimana melawan lupa? Seperti aktivis yang masih memperjuangkan kasus Udin, Marsinah, dan Munir. Semalaman penuh sampai hampir subuh – aku hanya bisa terdiam di depan layar laptop tanpa sedikit pun mampu mengetik perihal kisah. Semuanya sendu. Abu-abu. Kepalaku sungguh buntu. Bahkan menulis sebentuk curhatan ini pun buntunya bukan main. Telah lama mengendap dari hal-hal yang ‘nyastrawi’ kini membuatku kaku. Aku benar-benar tak ingat bagaimana caranya menulis. Semuanya kabur dalam satu-waktu. Semalaman penuh sampai hampir subuh – aku mencoba berkonsentrasi untuk menulis kembali – setelah sekian lama lupa bagaimana nikmatnya menulis. Namun, yang kutemukan ialah kenihilan tanpa perbatasan. Sesungguhnya nihil bisa jadi kewajaran jika dan hanya jika ia memiliki batas yang jelas. Lagi-lagi kenihilan itu tiada batas, yang artinya satu persatu hal yang seharusnya bisa masuk, mengabs

Perempuan (Tidak) Kritis

“Aku ditilang polisi, nih! Tahu enggak gara-gara apa? Aku lupa nyalain lampu utama,” ujarku malam itu di depan perpustakaan UGM. Temanku yang mendengar keluhan itu hanya bisa tertawa menanggapinya. “Kena berapa? Limapuluhribu?” “Yah, begitulah. Tadinya aku matiin lampu waktu manasin motor. Biar hemat. Soalnya bensin udah limit sedangkan aku mau pergi jauh. Temenku ada yang lebih parah dulu. Kalau kasusku kan emang aku yang salah. Temenku yang satu ini ditipu polisi. Jadi, di STNK, kan, ada dua tanggal. Tanggal pembuatan sama tanggal habis berlaku. Temanku ini ditilang berdasarkan tanggal pembuatan. Kena duaratus ribu. Kasihan ya?” “Hahaha. Pasti temanmu cewek ya?” “Kok kamu bisa langsung bilang kalau itu cewek?” “Ya biasanya cewek kan enggak kritis. Enggak bisa mikir jauh.” “Ngawur. Temenku yang ditipu polisi itu cowok!” *** Semalaman, setelah mengobrol random dengan salah satu kawan lama di SMA, aku jadi mikir – emang iya ya perempuan itu enggak kritis? Emang iya y

[Review Musik] Keasingan yang Menawan

Image
And they ask how I can love you, when all they see is this But I see the things that you can’t contain and what it does to you Cuplikan di atas adalah potongan dari lirik lagu “ Let Go ” yang dipopulerkan oleh RAC dan Kele serta MNDR. Lagu tersebut adalah salah satu kompilasi lagu di album RAC, yaitu Strangers yang rilis 2014 lalu. Lagu ini sukses membuat saya jatuh cinta dengan permainan bass yang begitu syahdu dan paling kentara terdengar di antara paduan suara musik yang lain. Selain karena liriknya yang juga begitu memukau, video klip lagu ini juga sukses membuat saya menganga. Kiranya, tulisan ini akan menjadi sebait “puisi cinta” yang misterius jika saya tidak memperkenalkan siapa itu RAC. Saya pribadi tidak terlalu yakin jika sudah banyak orang yang mengetahui musisi yang mengusung teknik elektronik itu. Apalagi di Indonesia sendiri, jenis musik yang dibawa oleh RAC masih jarang diminati. Sebab itu, tulisan ini hanya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru

Trend Fashion Anak Muda dalam Musik

Image
            Membicarakan musik tidak akan pernah terlepas dari sebuah dinamika gaya hidup. Sebagai bagian dari entitas budaya, musik memberikan peran dalam menumbuhkan gaya hidup. Gaya hidup yang dimaksud di sini sangatlah beragam, baik berupa ideologi, penciptaan makna, sampai gaya berpenampilan. Semua itu berjalan beriringan sebagai sebuah efek dari dinamika perkembangan budaya melalui media. Perwujudan musik dengan berbagai medium adalah bentuk kebudayaan. Paul Willis berpendapat bahwa kebudayaan adalah sebuah kategori yang aneh dan begitu luas. Begitu juga ketika kita berbicara mengenai musik sebagai komponen dari budaya. Musik adalah sesuatu hal yang aneh dan perkembangannya tiada kematian. Perkembangan musik itu sendiri selalu dibarengi dengan keunikan-keunikan yang ibarat teori alam semestra – tidak berbatas. Berbagai macam genre dan jenis musik kini terus bermunculan dengan ekspresi yang  unik             Musik memang sebuah ruang berekspreksi dan penyaluran emosi. A